MADIUN (KR) Pemerintah Kota (Pemkot) Madiun, Jawa Timur, menyatakan keseriusannya dalam mewujudkan sanitasi sehat di wilayahnya guna terciptanya kota yang bersih dan masyarakat yang sejahtera.
Hal
itu dibuktikan dengan melakukan kegiatan survei penilaian risiko
kesehatan lingkungan atau "Enviroment Health Risk Assesment" (EHRA),
terhadap ribuan warganya yang mengerti tentang kondisi sanitasi di rumah
dan lingkungan tempat tinggal.
Adapun, survei
dilakukan dengan melibatkan petugas dari Dinas Kesehatan, Kantor
Lingkungan Hidup, Dinas Pekerjaan Umum dan Cipta Karya (PUCK), Badan
Pusat Statistik (BPS), dan instansi terkait lainnya.
Kepala
Seksi Penyehatan Lingkungan, Dinas Kesehatan Kota Madiun, Suprapto,
mengatakan, survei tersebut bertujuan menggali permasalahan sanitasi di
Kota Madiun.
"Hasil survei ini nantinya
dijadikan pedoman program sanitasi permukiman untuk mengetahui kondisi
sanitasi di Kota Madiun," ujar Suprapto.
Ia
menjelaskan, dalam survei tersebut, Pemkot Madiun melibatkan 27 orang
kader dari 27 kelurahan yang ada di Kota Madiun. Setiap kader bertugas
untuk melakukan survei lapangan ke sejumlah rumah tangga.
Survei
tersebut dibagi menjadi dua kelompok besar, yakni survei fasilitas
sanitasi yang meliputi sumber air minum, pembuangan sampah, jamban,
serta saluran pembuangan air limbah.
Kemudian,
ada perilaku higenis dan sanitasi masyarakat, seperti perilaku berhenti
melakukan buang air besar di sembarang tempat, cuci tangan dengan sabun
di air mengalir, pengelolaan air minum rumah tangga, pengelolaan
sampah, dan pengelolaan air limbah rumah tangga.
Sebelumnya,
survei serupa telah dilakukan Pemkot Madiun pada tahun 2013 lalu dan
ditindaklanjuti dengan pembangunan jamban, drainase, dan lainnya yang
menunjang Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP). Sehingga survei di
tahun 2016 ini untuk mereview atau meninjau kembali strategi sanitasi
kota (SSK) Madiun.
Kondisi sanitasi di Kota
Madiun cukup bagus telah membawa Kota Madiun menjadi kota yang telah
mendeklarasikan diri sebagai kota yang terbebas dari "Open Defication
Free" (ODF) atau tidak buang air besar (berak) sembarangan.
Guna
mendapatkan data yang akurat pada kegiatan kali ini, masing-masing
kelurahan diambil delapan wilayah rukun tetangga sebagai sampel survei.
Adapun survei dilakukan sejak awal Maret lalu hingga tanggal 20 Maret
2016.
Olah Sampah dengan Baik
Sanitasi
yang baik juga didukung oleh pembuangan sampah dan pengelolaan sampah
yang baik pula. Kedua hal itu juga telah dilakukan dengan baik di Kota
Madiun.
Dari 91,1 ton sampah yang dihasilkan
oleh rumah tangga di Kota Madiun setiap hari, sebanyak 94,37 persennya
atau sekitar 85,98 ton sampah di antaranya masuk ke tempat pembuangan
akhir (TPA) Winongo yang berada di Kelurahan Winongo, Kecamatan
Manguharjo. Sedangkan sisanya, dikelola dan diolah oleh warga.
Dari
sekitar 85,98 ton sampah yang masuk TPA per hari tersebut, terdapat
sekitar 4,3 ton sampah organik yang terpilah dan terolah. Sedangkan
sampah anorganik yang terpilah dan terolah mencapai 8,56 ton. Yakni
terdiri dari sampah plastik, kertas, dan juga kardus.
Adapun,
sampah-sampah plastik tersebut didaur ulang menjadi gas metan yang
dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif bagi sekitar 150 KK yang
ada di sekitar TPA. Sedangkan sampah organik diolah menjadi kompos dan
pupuk organik.
Sedangkan, pengolahan sampah
oleh warga dilakukan dengan menggandeng bank sampah yang sudah terbentuk
di masing-masing kelurahan yang ada di Kota Madiun. Sejauh ini sudah
ada sekitar 43 bank sampah yang tersebar di 27 kelurahan dan sekitar 104
bank sampah yang ada di sekolah-sekolah baik tingkat SD, SMP, hingga
SMA.
Bank sampah tersebut dinilai cukup
efektif mengurangi sampah yang masuk ke TPA untuk dipilah dan diolah
menjadi aneka produk kerajinan tangan yang bernilai ekonomi tinggi di
bawah pembinaan Bank Sampah Matahari dan Bank Sampah Induk Kota Madiun
(Basikoma) yang dipimpin oleh Siyam Sumartini.
"Sampah
yang kami kumpulkan dipilah-pilah. Yang layak jual diambil oleh
pengempul, sedangkan yang bisa didaur ulang dijadikan aneka kerajinan,"
ungkap Ketua Bank Sampah Matahari, Siyam.
Aneka
kerajinan tersebut di antaranya, tas, lampu hias, keset, bunga, hingga
gaun pesta anak yang menarik. Semuanya terbuat dari sampah plastik dan
kertas, seperti plastik bekas bungkus minuman, kertas semen, dan
lain-lain.
Selain bisa mengurangi dampak
negatif terhadap lingkungan, pengolahan sampah menjadi kerajinan juga
menambah pendapatan bagi ibu-ibu anggota bank sampah yang terlibat.
Berdiri
sejak tahun 2010, Bank Sampah Matahari telah banyak berkiprah dan
meraih berbagai penghargaan. Di antaranya tahun 2012 meraih juara 2
lomba perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) tingkat provinsi, tahun
2015 meraih juara 1 usaha peningkatan pendapatan keluarga sejahtera
(UPPKS) se-Jawa Timur.
"Terbaru, kami berhasil
masuk top 99 inovasi pelayanan publik nasional bidang bank sampah.
Selanjutnya, akan ikut dalam pemilihan top 35," kata Siyam.
Sumber : http://www.antarajatim.com/lihat/berita/174635/kota-madiun-serius-wujudkan-sanitasi-yang-sehat
Tidak ada komentar: